Ulasan film “Soekarno”
Sutradara :Hanung Bramantyo
· Tokoh :
Ario Bayu - Soekarno
Lukman Sardi - Hatta
Tanta Ginting - Sjahrir
Tika Bravani - Fatmawati
Maudy Koesnaedi - Inggit Garnasih
Sujiwo Tejo - Soekemi Sosrodihardjo (Ayah Soekarno)
Ayu Laksmi - Ida Ayu Nyoman Rai (Ibu Soekarno)
Mathias Muchus - Hassan Din (ayah Fatmawati)
Rully Kertaredjasa - Ibu Fatmawati
Ferry Salim - Sakaguchi
Agus Kuncoro - Gatot Mangkuprojo
Stefanus Wahyu - Sayuti Melik
Elang - Kartosuwiryo
Agus Mahesa - Ki Hadjar Dewantara
Hamid Salad - Achmad Soebardjo
Hengky Solaiman - Koh Ah Tjun (pedagang China)
Ria Irawan - Ceuceu (mucikari)
Emir Mahira - Soekarno remaja
Aji Santosa - Soekarno kanak-kanak
Michael Tju - Hirohito
Widi Dwinanda - Ratna Djoeami
Coach Timo - Letkol Hoogeband
Norman Rivianto Akyuwen - Dr. Waworuntu
Noel Kevas - Dr. Radjiman Wedyodiningrat
Budiman Sudjatmiko - Suyudi
Theo - Oto Iskandar di Nata
Nelly Sukma - Kartika
Husni - Sujatmoko
Muhammad Abbe - Wikana
Fajar - Kyai Zaenal Mustofa
Uchida - Nishijima
Susumu - Hitoshi Imamura
Roza - HOS Tjokroaminoto
Diel Sriyadi - Asmara Hadi
Ade Firman Hakim - Chaerul Saleh
Alex - Latief Hendraningrat
Patton Otlivio Latupeirissa - Riwu
Toyik - Ki Bagus Hadikusumo
Anto Galon - Musso
Heriyanto - Sukarni
Kedung - Subadio
Anta - Kyai Wahid Hasyim
Ganesh - Maskoen
Helmy Nonaka - Nakayama
Mia - Mien Hessel
Suzuki - Admiral Tadashi Maeda
Moch. Achir - Dr. Soeharto
Keio Pamudji - Kumakichi Harada
· Setting :
o Di rumah Kusno
o Di tepi danau
o Di sekolah Muhammadiyah
o Di rumah Laksamana Maeda
o Di Pasar
o Di rumah Soekarno
o Di rumah Fatmawati
o Di rumah Soebarjo
·
Film Soekarno yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini diproduseri oleh Raam Punjabi yang merupakan produser paling sukses saat ini. Film Soekarno ini menggambarkan perjuangan para tokoh pendiri bangsa terutama Soekarno dalam upaya meraih kemerdekaan Film yang berlatar belakang sejarah ini terinspirasi secara langsung oleh sosok Soekarno. Pengarahan cerita dalam film ini di bantu oleh Rachmawati, salah satu putri Soekarno. Tokoh utama pada film ini sudah pasti Soekarno dan 2 isterinya, yaitu Inggit dan Fatmawati. Pemeran Soekarno adalah Ario Bayu, pemeran Inggit adalah Maudy Kusnaedi, sedangkan pemeran Fatmawati adalah Tika Bravani.
Soekarno lahir dengan nama Kusno. Berubah menjadi Soekarno karena ketika kecil ia sakit-sakitan. Soekarno menikahi Inggit setelah ia menceraikan istri pertamnya, Oetari. Pada Inggit, Soekarno menemukan sosok seorang ibu yang menghangatkan, melindungi, mengayomi, sekaligus teman untuk berbagi kasih.
Layaknya film-film yang lain, film “Soekarno” menyapaikan ajaran moral pada penonton untuk menghadapi apa yang ada di depan mata yang mana memaksa berjuang memerangi sesuatu yang memang layak diperangi. Fungsi ideologis yang ditawarkan film ini adalah resolusi dari ketakutan akan penindasan yang mampu merusak fisik serta mental. Permasalah dari pembuatan film ini adalah pro dan kontra pemeran Soekarno. Hanung Bramantyo menghendaki pemeran Soekarno adalah Ario Bayu, namun Rachmawati menghendaki lain. Ia berpendapat bahwa Anjasmara lebih cocok pada peran Soekarno ini.
Dalam film “Soekarno” sikap moral yang disarankan kepada penonton adalah setia. Seperti halnya Soekarno, ia menginginkan Fatmawati namun ia sadar bahwa Inggit masih di sampingnya. Dan ia tidak mau melukai hati Inggit sehingga Soekarno harus berterus terang dan meminta izin untuk menikahi Fatmawati. Soekarno juga setia pada bangsa Indonesia, meski tubuhnya sedang sakit ketika pra proklamasi, namun ia tetap bangkit dari dipan dan mengedepankan kemerdekaan Indonesia
Dalam film tersebut, Soekarno menjadi “penanda” dari kelahiran atau takdir bangsa Indonesia. Permasalahan yang dimiliki Soekarno diperlihatkan sebagai sesuatu yang bertubi-tubi dengan lebih menekankan pada cara bangkit dari permasalahan.
Sejarah yang ditawarkan “Soekarno” pada penonton yang mereka sasar, tidak lain tentu semua kalangan terutama kalangan muda yang mampu mangakses bioskop sebagai bagian dari leisure activity. Sebuah kisah untuk membuai mereka dalam sejarah hidup Soekarno, agar mereka nanti terbangun sebagai manusia-manusia dewasa yang memiliki rasa nasionalisme tinggi yang diharapkan bisa meneruskan tatanan masyarakat.
Sayang, sebagai film sejarah Indonesia, terlalu banyak disumbangkan dialog berbahasa Inggris. Dialog bahasa Inggris ini menyebabkan penonton focus pada terjemahannya dan mengabaikan gambarnya. Di dalamnya terdapat pula berbagai bahasa daerah yang dijadikan satu. Membuat penonton semakin sulit memahami isinya. Dalam hal ini bahasa merupakan hal yang harus diperhatikan. Meskipun berbagai bahasa dalam film ini digunakan untuk mendalami kisah, namun perlu juga dipertimbangkan bahwa diantara dua komunikan perlu bahasa yang dapat dipahami oleh para komunikan tersebut.
Penggambaran dari kisah yang sebenarnya ke dalam film tersebut tidak berlebihan. Film tersebut menggambarkan perjuangan Soekarno dan bangsa Indonesia di masa silam demi mewujudkan Indonesia yang ada pada hari ini.
Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa film “Soekarno” memungkinkan kita berbicara tentang nasionalisme dan kesetiaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar